Judul Buku : Bung Sultan
Pengarang : RPA Suryanto Sastroatmodjo
Jenis Buku : Bunga Rampai Esai
Penerbit : Adi Wacana, Juni 2008
Tebal Buku : xxxiv + 230 hlm; 15 x 21 cm
Peresensi : Imamuddin SA.
http://forum-sastra-lamongan.blogspot.com/
Sabtu, 30 Januari 2010
Sajak-Sajak Imamuddin SA
QASIDAH KEBERADAAN
mungkin kau mengerti jalanku
akan misteri jejak pagi, belum lama kutapaki
pada tetes air mata
di kedalaman makna tangis pertama
mungkin kau mengerti jalanku
akan misteri jejak pagi, belum lama kutapaki
pada tetes air mata
di kedalaman makna tangis pertama
Sajak-Sajak Imamuddin SA
ELEGI SANG BURUNG MERAK
:W.S. Rendra
duka telah mengeram
menjadi borok
menggumpal kepedihan
aku membuyarkan air mata
dari sumur hatiku
kala sayup kudengar tasbih sakaratmu
:W.S. Rendra
duka telah mengeram
menjadi borok
menggumpal kepedihan
aku membuyarkan air mata
dari sumur hatiku
kala sayup kudengar tasbih sakaratmu
Sajak-Sajak Imamuddin SA
BECERMIN DI HENING AIR
kusampaikan bening keraguan
pada dedaun pupus
biar segala kegoncangan angin
tercurah di redup cahaya senja;
kemarin
kusampaikan bening keraguan
pada dedaun pupus
biar segala kegoncangan angin
tercurah di redup cahaya senja;
kemarin
Sajak-Sajak Imamuddin SA
INSOMNIA
....... insomnia
aku terhenyak menjingkrak
dalam malamku
kala menyaksikan kembali
bayang-bayang wajahmu
bersemayam di singgahsana mataku;
....... insomnia
aku terhenyak menjingkrak
dalam malamku
kala menyaksikan kembali
bayang-bayang wajahmu
bersemayam di singgahsana mataku;
Kamis, 28 Januari 2010
KILAS BALIK SERAT KALATIDA KARYA RONGGOWARSITO
Imamuddin SA
http://www.sastra-indonesia.com/
Sebenarnya perjalanan kehidupan dalam alam fisik ini bersifat stagnan. Mulai dulu sampai sekarang, bahkan nanti akan bersifat sama alurnya. Sama dalam tataran peristiwa problematikanya. Yang berbeda hanyalah fenomena tempat, fasilitas, pelaku orangnya, budaya, dan peradabannya. Ini terlihat sebagai suatu siklus rotasi yang pada saatnya nanti akan teruluang kembali. Seperti suatu nasib; kadang di atas, kadang di bawah. Suatu saat akan berjaya, di saat yang lain akan terjatuh juga.
http://www.sastra-indonesia.com/
Sebenarnya perjalanan kehidupan dalam alam fisik ini bersifat stagnan. Mulai dulu sampai sekarang, bahkan nanti akan bersifat sama alurnya. Sama dalam tataran peristiwa problematikanya. Yang berbeda hanyalah fenomena tempat, fasilitas, pelaku orangnya, budaya, dan peradabannya. Ini terlihat sebagai suatu siklus rotasi yang pada saatnya nanti akan teruluang kembali. Seperti suatu nasib; kadang di atas, kadang di bawah. Suatu saat akan berjaya, di saat yang lain akan terjatuh juga.
SIHIR TERAKHIR; Antara Perjuangan, Perubahan, dan Kematian
Imamuddin SA
http://www.sastra-indonesia.com/
Orang kerap menganggap dalam realitas kehidupan ini selalu terjadi pemarjinalan terhadap kaum perempuan. Itu akar pondasinya bertumpu pada suatu kisah sejarah akan keberadaan manusia yang disimbolkan dengan keberadaan Adam dan Hawa. Berdasarkan kisah tersebut, kebanyakan orang berasumsi akan keberadaan wanita yang selalu berada dibawah bayang-bayang laki-laki. Ia sebagai kaum lemah yang berfungsi sebagai pelengkap hidup bagi kaum laki-laki.
http://www.sastra-indonesia.com/
Orang kerap menganggap dalam realitas kehidupan ini selalu terjadi pemarjinalan terhadap kaum perempuan. Itu akar pondasinya bertumpu pada suatu kisah sejarah akan keberadaan manusia yang disimbolkan dengan keberadaan Adam dan Hawa. Berdasarkan kisah tersebut, kebanyakan orang berasumsi akan keberadaan wanita yang selalu berada dibawah bayang-bayang laki-laki. Ia sebagai kaum lemah yang berfungsi sebagai pelengkap hidup bagi kaum laki-laki.
MEMBACA JARAN GOYANG, HATI PUN BERGOYANG;
Catatan Kecil Sajak Samsudin Adlawi
Imamuddin SA
http://www.sastra-indonesia.com/
Waktu itu, kira-kira sehabis Isya’, saya menguhubungi kawan saya. Saya bermaksud mau ngobrol-ngobrol denganya. Seketika itu saya lansung mengambil motor dan memacunya ke rumah kawanku tadi. Bukan sekedar kawan, tapi lebih dari itu. Entah apalah, yang jelas dia istimewa bagi saya. Namanya Nurel Javissyarqi.
Imamuddin SA
http://www.sastra-indonesia.com/
Waktu itu, kira-kira sehabis Isya’, saya menguhubungi kawan saya. Saya bermaksud mau ngobrol-ngobrol denganya. Seketika itu saya lansung mengambil motor dan memacunya ke rumah kawanku tadi. Bukan sekedar kawan, tapi lebih dari itu. Entah apalah, yang jelas dia istimewa bagi saya. Namanya Nurel Javissyarqi.
Langganan:
Postingan (Atom)