Kamis, 31 Juli 2008

Prosa-prosa Imamuddin SA

LUKA

Ada kenagan di sinar matamu. Meski hanya sesaat melintas sayu. Dan sempat merayu hatiku. Bukannya luka. Tapi kepolosan jiwa. Ya, itu yang beberapa waktu lalu sempat terukir olehku. Saat belati sayapku tepat menggores jantungmu.

Aku terenyuh. Dan memuarakan sungai tangisku. Kala kau lemparkan senyum di atas bara mengangah yang kupersembahkan untukmu. Maaf! Beribu kembang maaf kini kurajut pula untukmu. Meski aku tak sempat menunjukkannya padamu. Sebab berselimutkan gengsi dan malu. Paling tidak, aku telah berani mengakui kesalahanku. Walau hanya sebatas di hati. Ini sebagai koreksi diri. Entah kapan aku bisa lantang membisikimu.

Namun, semuanya kini telah terlambat. Apa yang telah terjadi tak mungkin bisa diputar ulang lagi. Dan tak mungkin kukembali. Mengubah lelakon yang sungsang ini. Hanya titian esok yang bisa kugapai dalam keindahan yang menyemai. Mungkin inilah kekuatan sejati yang kau miliki. Kekuatan yang sempat tersembunyi di balik kekuatanku kala itu. Saat kunyalakan api. Kutusuk jantungmu. Dan kubakar jasadmu.

Dalam pesona bengisku, terselip qasidah di sela senyum melatimu. “Esok, lukamu lebih mengangah ketimbang aku”! Ya, kata-kata itulah yang sempat tertangkap olehku. Meski berada dalam misteri batinmu. Sebab aku tahu, tiap nyawa pasti kan berdegup seperti itu, kala diselimuti luka oleh sayap-sayap sesamamu. Begitu juga denganmu.

Sungguh, kini degupmu telah menyapaku. Aku luka. Lebih mengangah. Dan aku pun yakin, bahwa sesungguhnya orang yang kuat itu bukanlah orang yang bisa melakukan penganiayaan terhadap sesamanya. Tapi justru yang teraniayalah, orang yang memiliki kekuatan sejati itu. Kekuatan besar yang terpancar lewat degup batin yang mengerang-meradang.

Sekali lagi maaf! Aku telah melukaimu. Aku masih enggan menyuarakannya padamu.



KEBOHONGAN

Apa ada seseorang yang pernah membisikimu? Aku yakin jawabanmu pasti pernah! Namun jika tidak, kau pasti bergurau padaku. Atau bahkan kau membohongiku. Ah, tapi itu hakmu. Entah kau bohong atau tidak, itu terserah kau. Itu bukan wewenangku.

Kau boleh saja membohongiku. Tapi aku harap tidak untuk dirimu sendiri. Sebab sekecil apapun kebohongan yang kau ciptakan, sebenarnya yang menanggung beban terberat adalah dirimu sendiri. Bukan aku.

Jangan bertanya mengapa begitu? “Mengapa aku yang menanggungnya, kok bukan kau yang telah kubohongi”? Dulu aku juga sempat berpikir seperti itu. Namun sekarang tidak lagi. Aku mengerti itu ketika aku telah mengukir kebohongan pada orang lain. Saat aku bersikap demikian, hatiku seakan-akan tertindih batu-batu cadas yang memberatkanku. Kecemasan telah menyelimutiku. Sungguh, kurasa ini lebih menyiksaku. Orang yang telah kubohongi mungkin esok telah sanggup bersemi kembali. Hanya sesaat mencecap luka perih. Tapi aku? Untuk seumur hidup harus rela memanggulnya. Menimbun dalam-dalam tanpa ada seorang pun yang akan membongkar dan mengetahu kebohonganku. Apalagi jika kebohongan itu sampai terbongkar! Itulah beban beratku. Hasil dari kebohonganku.

Jangan bilang, “mengapa aku tidak mengerti kata-katamu”? Bagaimana kau bisa mengerti kata-kataku, sementara kau tidak pernah mengerti aku. Dan bagaiman kau sanggup mengerti aku, sementara kau sendiri tidak pernah mengerti dirimu. Pahami dirimu sendiri, baru kau akan sanggup memahamiku dan juga kata-kataku.

Tidak ada komentar:

Forum Sastra Lamongan

Imamuddin SA

Penulis bernama asli Imam Syaiful Aziz. Lahir di Lamongan 13 Maret 1986. Aktif di Kostela, PUstaka puJAngga, FSL, FP2L, dan Literacy Institut Lamongan. Karya-karyanya terpublikasi di: Majalah Gelanggang Unisda, Majalah Intervisi, Tabloid Telunjuk, Jurnal Kebudayaan The Sandour, Majalah Indupati, Warta Bromo, dan Radar Bojonegoro. Puisi-puisinya terantologi di: Lanskap Telunjuk, Absurditas Rindu, Memori Biru, Khianat Waktu, Kristal Bercahaya dari Surga, Gemuruh Ruh, Laki-Laki Tak Bernama, Kamasastra, Tabir Hujan, Sehelai Waktu, Kabar Debu, Tabir Hijau Bumi, Bineal Sastra Jawa Timur 2016, Pengembaraan Burung, Ini Hari Sebuah Masjid Tumbuh di Kepala, dan Serenada. Prosa-prosanya terpublikasi di: Mushaf Pengantin, antologi cerpen Bukit Kalam, Hikayat Pagi dan Sebuah Mimpi, Bocah Luar Pagar, Hikayat Daun Jatuh, dan Tadarus Sang Begawan. Pernah dinobatkan sebagai Juara 3 Mengulas Karya Sastra Tingkat Nasional tahun 2010, Harapan 2 Lomba Menulis Cerpen Tingkat Jawa Timur 2018, dan Juara 2 Lomba Menulis Puisi Se-Kabupaten Lamongan 2019. Nomor telepon 085731999259. Instagram: Imamuddinsa. FB: Imamuddin.