Sabtu, 30 Januari 2010

Sajak-Sajak Imamuddin SA

BECERMIN DI HENING AIR

kusampaikan bening keraguan
pada dedaun pupus
biar segala kegoncangan angin
tercurah di redup cahaya senja;
kemarin

mungkinkah ini aku
becermin di hening air
memunguti sisa luka yang hampir punah;
ah, jangan-jangan yang kulihat adalah wajahmu
wajah yang telah kupinjam darimu
beberapa waktu lalu

dan aku pun menyaksikan
lewat kedamaian alirnya
ada sesosok bayang-bayang
bersujud pada tubuhnya

Kendalkemlagi, Oktober 2008



MENGERINGKAN LARA

bershalawat
mengeringkan lara
dalam ketakjuban hampir sirnah
membayang kejernihan syafaat
dari kesempurnaan cahaya di atas cahaya

aku yang duduk dalam gelap lampu
nyaris tersenyum
menyapa sayup nyanyianku;

ah, tembangku mengalir
membentur-bentur dinding waktu,
kembali menyapaku

Kendalkemlagi, Oktober 2008



KEPADA HALLAJ

kau tak pernah memanggilnya tuhan
tapi kau kerap berbisik padaku;
aku
aku
aku
haqq!

meski berkali-kali suara itu mengusik
namun aku masih tak mengerti,
ada isyarat gaib di samudraku
ada maqam yang belum tersentuh

sungguh mustahil
aku mendayung perahu di gurun syahadatmu
menyeberang diri ke seberang tawasinmu
aku layaknya beo dalam mimesis kata-katamu;

dan kini biarkan
panggung temali itu
menjadi saksi jahiliahku
menjadi cambuk jejak perjalananku

Kendalkemlagi, Oktober 2008



PERSINGGAHAN MAYA

tak kan kubiarkan benalu hati
bersemi di pohon yakinku
menghapus keindahanya
dengan kesungsangan rupa
persinggahan maya

dalam kembara
ingin kutanam seribu kamboja
di kebun batinku
saat sehelai rumput masih bisa tumbuh;
sebelum kering
sebelum gersang
sebelum pasi
sebelum rintik hujan menetes kembali
menghidupkan yang telah mati

Kendalkemlagi, Oktober 2008



ADA TANGIS DARI YANG MATI

sayu kudengar nyanyian hati nan fitri
dalam takbir kemenangan diri,
namun ada yang berbisik;
“ada tangis dari yang mati
tentang kekalahan sendiri
sebab terbitnya surya pembalasan
atas malam kedurhakaan
silam”

dan aku bertanya akan kesejatian
benarkah aku telah membayi di seberang perayaan?

Kendalkemlagi, Oktober 2008

Tidak ada komentar:

Forum Sastra Lamongan

Imamuddin SA

Penulis bernama asli Imam Syaiful Aziz. Lahir di Lamongan 13 Maret 1986. Aktif di Kostela, PUstaka puJAngga, FSL, FP2L, dan Literacy Institut Lamongan. Karya-karyanya terpublikasi di: Majalah Gelanggang Unisda, Majalah Intervisi, Tabloid Telunjuk, Jurnal Kebudayaan The Sandour, Majalah Indupati, Warta Bromo, dan Radar Bojonegoro. Puisi-puisinya terantologi di: Lanskap Telunjuk, Absurditas Rindu, Memori Biru, Khianat Waktu, Kristal Bercahaya dari Surga, Gemuruh Ruh, Laki-Laki Tak Bernama, Kamasastra, Tabir Hujan, Sehelai Waktu, Kabar Debu, Tabir Hijau Bumi, Bineal Sastra Jawa Timur 2016, Pengembaraan Burung, Ini Hari Sebuah Masjid Tumbuh di Kepala, dan Serenada. Prosa-prosanya terpublikasi di: Mushaf Pengantin, antologi cerpen Bukit Kalam, Hikayat Pagi dan Sebuah Mimpi, Bocah Luar Pagar, Hikayat Daun Jatuh, dan Tadarus Sang Begawan. Pernah dinobatkan sebagai Juara 3 Mengulas Karya Sastra Tingkat Nasional tahun 2010, Harapan 2 Lomba Menulis Cerpen Tingkat Jawa Timur 2018, dan Juara 2 Lomba Menulis Puisi Se-Kabupaten Lamongan 2019. Nomor telepon 085731999259. Instagram: Imamuddinsa. FB: Imamuddin.